Surabaya, 8 September 2025, Infopol.news – Kejuaraan Bulutangkis Kajati Cup Jawa Timur 2025 telah resmi ditutup pada Minggu (7/9) di GOR Soedirman, Surabaya. Namun di balik euforia tepuk tangan penonton dan seremoni penyerahan medali, muncul pertanyaan yang patut dikaji lebih dalam: sejauh mana turnamen ini berkontribusi nyata terhadap pembinaan jangka panjang atlet muda di Jawa Timur?
Pertandingan Meriah, Tapi Apa Dampaknya?Turnamen yang digelar selama tujuh hari itu mempertemukan ratusan atlet usia muda dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur. Partai final disebut berlangsung dramatis dan mendapat sambutan meriah dari penonton. Namun, sejumlah pelatih yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa sistem seleksi dan pelaporan hasil turnamen kepada federasi nasional masih belum sepenuhnya transparan.
“Banyak turnamen daerah hanya jadi ajang seremonial. Atlet juara kadang tidak ditindaklanjuti ke pembinaan lanjutan,” ungkap salah satu pelatih klub lokal.
Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan: apakah Kajati Cup benar-benar bagian dari sistem pembinaan terstruktur, atau sekadar menjadi ajang tahunan yang tak berkelanjutan?
Namun saat ditanya lebih lanjut mengenai langkah konkret PBSI pasca-turnamen—terkait pemantauan, pelatihan lanjutan, dan integrasi ke pelatnas—Tonny tidak memberikan pernyataan mendetail.Peran Kejaksaan Tinggi: Dukungan atau Branding Institusi?Turnamen ini diselenggarakan bekerja sama dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Koordinator Kejati Jatim, Dr. Andrianto Budi Santoso SH MH, menyampaikan apresiasinya kepada PBSI dan berharap atlet Jawa Timur bisa menembus kancah nasional hingga internasional.
Namun, sejumlah pengamat olahraga mempertanyakan motivasi di balik keterlibatan institusi kejaksaan dalam dunia olahraga. Beberapa menilai bahwa ajang seperti Kajati Cup kerap dijadikan sarana pencitraan institusional ketimbang pembinaan nyata.
“Kejaksaan masuk ke olahraga? Apakah ada program jangka panjang atau hanya branding? Ini harus dikawal bersama,” ujar salah satu pengamat olahraga dari Universitas Negeri Surabaya.
Kesimpulan Sementara: Perlu Transparansi dan Tindak Lanjut Serius
Kajati Cup Jawa Timur 2025 memang menghadirkan kompetisi yang meriah sehingga antusiasme publik yang tinggi. Namun, tanpa sistem pembinaan berkelanjutan, database atlet yang terdokumentasi, dan pelibatan klub secara menyeluruh, ajang ini berisiko menjadi rutinitas tahunan tanpa hasil jangka panjang yang signifikan.
Komitmen semua pihak, dari PBSI, pemerintah daerah, hingga sponsor, perlu dikaji dan diawasi secara terbuka agar regenerasi atlet bulutangkis tidak berhenti pada panggung piala dan seremoni belaka.